ARTIKEL MENGENAI K-POP
ARTIKEL
MENGENAI K-POP
1.1
PENDAHULUAN
K-pop,
kepanjangannya Korean Pop ("Musik Pop Korea"), adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan . Banyak artis dan kelompok
musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam. Korea (Korean
Wave) di berbagai negara.
Musik
pop Korea pra-modern pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya
musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di
Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga
membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti
perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an,
pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang
diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan.
Musik
Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre
"oldies" yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada
tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil.
Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi
gaya musik enka dari
Jepang.
Debut
penampilan kelompok Seo Taiji and Boys pada tahun 1992
menandakan awal mula musik pop modern di Korea yang memberi warna baru dengan
aliran musik rap, rock, techno Amerika. Suksesnya grup Seo Taiji and Boys
diikuti grup musik lain seperti Panic,
dan Deux. Tren musik ini turut
melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitas lain hingga sekarang. Musik
pop dekade 90-an cenderung beraliran dance dan hip hop. Pasar utamanya adalah
remaja sehingga dekade ini muncul banyak grup “teen idol” yang sangat digilai
seperti CLON, H.O.T, Sechs Kies, S.E.S, dan g.o.d. Kebanyakan dari
kelompok musik ini sudah bubar dan anggotanya bersolo-karier.
Pada
tahun 2000-an pendatang-pendatang baru berbakat mulai bermunculan. Aliran musik
R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis-artis
semacam MC Mong, 1TYM, Rain, Super Junior, Big Bang yang
cukup sukses di Korea dan luar negeri. Beberapa artis underground seperti Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi-rae)
juga memopulerkan warna musik kulit hitam tersebut. Musik rock masih tetap
digemari di Korea ditambah dengan kembalinya Seo Taiji yang
bersolo karier menjadi musisi rock serta Yoon Do Hyun Bandyang
sering menyanyikan lagu-lagu tentang nasionalisme dan kecintaan terhadap
negara. Musik techno memberi nuansa modern yang tidak hanya disukai di Korea
saja, penyanyi Lee Jung-hyun dan Kim
Hyun-joong bahkan mendapat pengakuan di Cina dan Jepang. Musik balada masih
tetap memiliki pendengar yang paling banyak di Korea. Musik balada Korea
umumnya dikenal dengan lirik sedih tentang percintaan, seperti yang dibawakan
oleh Baek Ji Young, KCM, SG Wannabe, dan
sebagainya. Musik balada umumnya digemari karena sering dijadikan soundtrack
drama-drama televisi terkenal seperti Winter Sonata, Sorry I Love You, Stairway to Heaven dan sebagainya.
Berbagai
artis Korea menangguk kesuksesan di dunia internasional seperti BoA yang menembus
Jepang dan digemari di banyak negara. Kemudian artis-artis lain seperti Rain, Se7en, Shinhwa, Ryu Shi-won,
dan sebagainya berlomba-lomba untuk menaklukkan pasar musik di Jepang. Rain
tercatat sebagai artis Asia pertama yang mengadakan konser internasional
bertajuk RAINY DAY 2005 Tour,
di Madison Square Garden.
1.2
ISI ARTIKEL
Korea
Selatan memang kaya akan budayanya yang unik dan beragam. Salah satunya adalah
musik K-pop. Korean pop atau yang lebih dikenal dengan K-pop adalah
genre musik populer asal Korea. Biasanya musik-musik yang terkategorikan dalam
genre K-pop terinspirasi dari jenis gaya musik lainnya seperti musik pop
Barat, rock, jazz, R&B, electronic, dan hip-hop.
Bentuk
lebih modern dari genre ini diperkenalkan oleh grup K-pop yang hadir pada 1992,
Seo Taiji and Boys. Musik-musik yang grup ini sajikan membantu dalam
pembentukan ulang serta modernisasi skema musik di Korea Selatan.
Awal Mula
Kegemaran
akan musik ini pada awalnya sebenaranya dibawa masuk oleh drama-drama yang
sudah terlebih dahulu tayang di layar kaca Tanah Air. Salah satu K-drama yang
paling populer pada masanya adalah Full House yang dibintangi oleh
Rain dan Song Hye Kyo.
K-drama
inilah yang kemudian membuka pintu bagi Korean wave atau
gelombang hallyu yang melanda Indonesia, termasuk K-pop di dalamnya.
Pada
awal tahun 2000-an fans K-pop di Indonesia masih terhitung belum banyak meski
sudah terkena invasi. Baru sekitar tahun 2011, industri K-Pop mulai melirik
potensi pasar di Indonesia dan gelombang hallyu pun kian terasa.
Konser
grup K-pop, Super Junior bertajuk Super Show 4 pada April 2012
menjadi momentum hebat yang menandai ledakan demam K-pop di Indonesia. Sejak
itu, Indonesia menjadi negara wajib pemberhentian tur Asia mereka. Sebut saja
nama-nama seperti 2PM, BIGBANG, 2NE1, hingga BTS yang ikut menggelar panggung
di sini.

Fenomena boy
band
Sejak breakthrough-nya
pada 2011, K-pop menjadi genre musik yang banyak digemari masyarakat Indonesia.
Fans K-pop memang relatif lebih banyak wanita muda, lalu mengapa musik ini bisa
sebegitu digandrunginya?
“Mereka good
looking, jago menari di atas panggung, dan visualnya ditata dengan sangat
bagus. Jadi, kemasannya memang dibuat menarik,” ungkap pengamat musik sekaligus
Editor in Chief majalah Rolling Stone, Adib Hidayat ketika
diwawancarai oleh Rappler. pada Kamis, 7 September 2017.
Jika
dilihat, mayoritas artis K-pop yang digemari orang Indonesia merupakan boy
band atau beberapa laki-laki yang tergabung dalam satu grup. Selain faktor
yang telah dijelaskan oleh Adib, fakta bahwa mereka boy band juga
dapat menjadi salah satu alasan mengapa musik asal Korea Selatan ini begitu
disenangi.
Fenomena boy
band ini sebenarnya bukan hal yang baru. Menurut Adib, dari zaman
dahulu boy band sudah ada. Setiap generasi memiliki boy
band yang berbeda dan digemari.
“Dari
mulai dulu The Beatles pun termasuk boy band, hanya bedanya mereka
bisa bermain alat musik. Lalu di generasi-generasi selanjutnya ada NSYNC,
kemudian ada Backstreet Boys, dan ada juga Westlife. Pergantian era pasti akan
selalu muncul boy band baru,” jelasnya lebih lanjut.
Namun
yang membuat fenomena ini berbeda adalah kali ini boy band yang
digandrungi muncul dari Korea Selatan. Adib memuji ekspansi industri K-pop yang
luar biasa hingga menyentuh audiens di Barat. Ia mengambil contoh boy
band K-Pop yang namanya sudah mendunia, BTS, yang kerap kali diberitakan
oleh media khusus musik asal Amerika Serikat, Billboard.
Adib
memperhatikan, setiap Billboard menuliskan berita mengenai BTS, respon
masyarakat sangat luar biasa. Yang me-retweet berita tersebut bisa sampai
puluhan ribu pengguna Twitter. Hal ini tentu dijadikan media tersebut sebagai
riset atau survei pasar, respon luar biasa itu menandakan demam Korea sudah
menjangkit dunia Barat juga.
K-pop
sebagai cerminan identitas diri
Sama
seperti banyak hal lainnya, kegemaran akan suatu genre musik tertentu pun dapat
dikatakan subjektif, tergantung masing-masing orang. Akan tetapi K-pop berhasil
membuat mayoritas masyarakat menggandrunginya.
Musik
K-pop memang menawarkan lagu-lagu yang sederhana, menarik, dengan beat cepat,
dan nada-nada catchy layaknya musik begenre pop pada umumnya.
“Yang
diterapkan itu supply and demand, pasar maunya jenis musik seperti
apa. Sebenarnya yang berlaku hukum ekonomi umum saja,” tutur Adib ketika
ditanya mengenai alasan musik K-pop sangat disukai banyak orang.
Hukum
ekonomi tersebut juga berlaku untuk konteks musik K-pop, genre yang relatif
baru di dunia. Demand masyarakat akan lagu-lagu asal Korea Selatan
ini tinggi, maka supply yang dihadirkan pun banyak dan beragam.
Jika
diperhatikan bukan hanya genre musik K-pop yang memiliki banyak fans fanatik.
Genre-genre lain seperti jazz atau hip-hop sebenarnya
memiliki fanatisme tersendiri. Dalam hal ini Adib mengambil contoh fans-fans
musik heavy metal yang mengasosiasikan diri mereka dengan musik keras
dan penampilan sangar. Musik tersebut akhirnya menjadi identitas diri
mereka.
Bahkan
dalam bahasa pergaulan pun, mereka tidak segan-segan merepresentasikan genre
yang mereka senangi, misal dengan gaya berpakaian. Dengan senang hati, mereka
mencerminkan musik yang mereka gemari.
“Ini
menandakan bahwa musik menjadi eksistensi diri mereka. Gue suka
K-pop, maka gue ada,” tutur Adib.
Fanatisme
tinggi
Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, selain K-pop ada banyak genre yang memiliki
fanatismenya sendiri. Namun, kehebohan fans idola Korea memang tak bisa
dipungkiri. Euforia mereka begitu luar biasa. Buktinya adalah area konser K-pop
biasanya sudah mulai dipadati sejak pagi hari, dan di lokasi konser pun jumlah
fans yang hadir berkali-kali lipat lebih banyak.
Kala
konser sudah berjalan, banyak fans yang membeli merchandise yang
menunjukkan representasi boy band idola mereka. Teriakan para
penggemar memenuhi area konser ketika idola mereka telah naik ke atas panggung.
Menurut
Adib, alasan penggemar K-pop terlihat lebih fanatik dari penggemar genre musik
lainnya adalah karena segmentasi pasar yang berbeda.
“K-pop
mungkin lebih fanatik karena sasaran mereka memang anak-anak kecil yang
pikirannya mudah terpengaruh,” jelas Adib.
Tren
yang akan bertahan lama
Jika boy
band sendiri sudah ada sejak lama dan terus berevolusi serta berganti
seiring zaman, apakah hal itu berlaku juga bagi genre musik ini? Mungkinkah
K-pop akan tergerus dan hanya menjadi tren sementara saja?
Menurut
Adib, pergantian hanya akan terjadi di pelaku musiknya saja, sedangkan musik
K-pop itu sendiri kemungkinan besar akan tetap sustain.
Contoh
pergantian ia gambarkan dengan misalkan menanyakan pada anak zaman sekarang
mengenai siapa saja generasi K-pop terdahulu, mungkin mereka sudah tidak akan
peduli dan tidak akan tahu dengan lagu-lagunya. Maka pergantian pelaku atau
idola K-pop terus bergulir.
Adib
juga melihat adanya segmentasi di antara para fans K-pop. Ada yang menyukai
hanya satu grup saja, ada yang beberapa, dan ada yang menyukai semuanya.
Menggemari K-pop bukan berarti menyukai seluruh artis yang dinaunginya.
Hal
ini, bagi Adib, dipengaruhi juga oleh era serba digital yang melanda dunia
musik.
“Band-band
zaman dulu secara pengenalan akan karyanya berbeda dengan sekarang, musik-musik
zaman dulu memiliki sistem promo yang terarah. Era digital itu membuat
segalanya serba instan. Setiap waktu secara simultan ada lagu baru, album baru,
grup band baru. Ini membuat satu karya saja susah diingat,” ungkap Adib.
Pengaruhnya
pada industri musik Indonesia
Musik
K-pop yang bisa mencuri sebegitu banyak hati penikmat musik Nusantara, juga
mempengaruhi keadaan industri musik. Seperti yang sudah dikatakan Adib
sebelumnya, adanya supply and demand. Pasar yang menginginkan musik
berjenis K-Pop melahirkan beberapa boyband Indonesia yang
terinspirasi dari Korea Selatan.
“Tiga
sampai empat tahun yang lalu sempat ramai, ya. Banyak yang ikut-ikutan menjadi
artis K-pop, saking banyaknya sampai sudah lupa nama-namanya. Namanya saja
lupa, apalagi judul lagunya, ini menandakan karya mereka lewat begitu saja,”
tutur Adib.
Menurut
Adib, tren akan terus berjalan meski adanya pergantian kelompok. Tren secara
genre K-pop akan selalu ada dan mempengaruhi masyarakat Indonesia, hanya
kelompoknya yang selalu baru dan berbeda.
1.3
KESIMPULAN
Demam
Korea atau Korean Wave sekarang sedang berkembang di
Indonesia. Hal ini diakibatkan karena penyebaran
dan pengaruh budaya Korea di Indonesia, terutama melalui
dunia entertainment seperti musik Kpop dan beberapa drama Korea.
Demam
korea di Indonesia juga memberikan pengaruh yang cukup besar bagi para remaja
Indonesia seperti cara berpakaian, dan bahkan hal ini juga dapat terlihat
dengan adanya kemunculan dari boyband dan girlband asal
Indonesia. Kemunculan boyband dan girlband di Indonesia
juga cukup memberikan pengaruh pada remaja Indonesia. Bagi remaja Indonesia
yang pada dasarnya mencintai musik Indonesia, tentulah kemunculan boyband dan
girlband tanah air memberikan warna baru yang dapat meramaikan industri musik
Indonesia. Sebaliknya, bagi para remaja yang sudah lama menyukai musik luar
daerah, banyak yang beranggapan
bahwa boyband dangirlband Indonesia banyak yang
menjiplak boyband dan girlband Korea yang
sudah lebih dulu ada.
Demam
Korea tentunya juga memberikan dampak negatif dan positif bagi remaja
Indonesia, mereka yang menyukai Korea cenderung lebih boros daripada para
remaja yang lebih menyukai musik Indonesia, dan perilaku atau moral mereka
cenderung lebih bebas dan kadang tidak sesuai dengan kebudayaan dan tata krama
Indonesia. Namun, dengan adanya demam korea juga bisa dijadikan sebuah lapangan
kerja yang cukup menggiurkan, mengingat para peminat musik ataupun drama Korea
tidaklah sedikit. Selain itu, dampak positif lainnya adalah para pecinta Korea
dapat saling berteman dan berbagi pengalaman bersama para Kpopers lain. Tentu
hal ini juga dapat mengajarkan mereka agar bisa bersosialisasi yang baik dengan
orang lain.



Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus